Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

#Cumapuisi3: Untuk Yang Mencintai Tanpa Mengucap

Teruntuk seorang pria yang diam Sejujurnya aku takut padamu Engkau sangat berarti dalam hidup ku Terimakasih telah menjaga ku dengan segenap jiwa ku. Engkau sudah memeluk aku dengan erat saat aku berumur 3 tahun dan kita sama sama jatuh ke dalam jurang Engkau mendorong aku ke tempat yang aman ketika rumah kita saat itu kebakaran Engkau mengajari aku untuk kuat dan tidak takut dengan apa yang aku lihat saat masih berumur 5 tahun Engkau telah menarik aku ketika aku hampir saja tersetrum ketika masih berumur 8 tahun Aku hanya bisa membalasnya dengan memberikan pelukan hangat padamu. Bahkan pada hari dan detik terakhir mu aku tak berada di sisi mu Maafkan aku, bila aku terlalu egois Engkau telah banyak berjuang untuk keluarga ini. Sekarang, doakan lah aku, agar aku bisa menjadi pria dewasa yang bertanggung jawab. Teruntuk papa Terimakasih sudah ada dalam 15 Tahun hidup ku Terimakasih atas semua pelajaran yang telah kau berikan padaku Aku akan mengingatnya selalu Aku menyayangi mu pah, wala...

Alinea 11: PAPA MENEMUI KU DAN MEMELUK KU

       Paah, maafin aku ya. Aku ga bisa jagain papa, gabisa jenguk papa         Hari mulai sore, semua saudara dan keponkan ku dari papa sudah mulai berkumpul, Satu persatu mereka datang dan mengucapkan bela sungkawa pada ku. Aku sudah berhanti menangis sejak tadi. Entah mengapa, aku hanya sedang ingin sendiri saat ini. Aku memojokkan diri ku diujung sana, tiba tiba aku merasakan seseorang hadir dan duduk di sekitar ku. Seseorang yang auranya sangat teringat diotak ku. Aku meneteskan kembali air mata ku saat aku melihat papa yang nampak muda dengan pakaian jas dan sangat gagah hadir di sebelah ku. Jelas itu bukan lah papa, tetapi itu adalah roh nya. Aku memang terlahir sebagai anak indigo sejak lahir sama seperti papa. Dari kecil, papa selalu mengajari aku untuk tidak takut dengan hal gaib. Meski aku melihatnya, tetaplah kuat dan jangan biarkan mereka lebih kuat dari mu, Itu adalah kata kata yang papa tanamkan sejak aku kecil...

Alinea 10: Penyesalan Terhebat

Sabtu, Agustus 2018 Ko Loan: "Ko, papamu kondisinya gawat" Nicho    :"Kenapa??" "Udah buruan kesini, pesen pesawat biar cepet" "Iya, tapi kan mana ada duit langsung turun begitu" "Yaudah kalo dibilang ngeyel. Ko Loan udah nelpon mamau ga diangkat. Kok ga ada yang peduli sama kondisi papamu gini." "Mama kan kerja, aku bilangin mama dulu" Lalu pesan berhenti hingga disitu. Aku pergi mencari mama. Dia adalah seorang guru les SMP di dekat sekolah ku. Dia tak lelah membanting tulang untuk keluarga ini, mengingat sudah 3 tahun papa tidak bekerja dan hanya hidup dari hasil tabungan selama ini. Kebetulan, tak lama mama pulang dan masuk kerumah. "Ko, telpon ku hok ko..." Dia mengeluarkan sedikit tetes air mata disitu. Tanpa pikir panjang, aku meraih ponsel ku dan menolpon kakak dari mama ku. Disaat yang bersamaan, Ko Loan menelpon mama ku kembali "So, Dji Tsiang udah ga ada. Sekarang ada di Rumah Sakit...

Alinea 9: Diantara Seribu Bintang, Kamu yang paling terang

Senin Juli 2019 Seperti rutinitas pada umumnya, OSIS akan hadir lebih pagi untuk mempersiapkan upacara bendera. Hari ini aku tidak menyangka dan menduga apapun, tetapi tersedia beberapa piala di dekat podium, Aku pikir itu adalah milik siswa/i yang baru saja memenangkan perlombaan. Tiba saatnya untuk pengumuman, semua peserta upacara berada dalam posisi istirahat berdasarkan komando dari sang pemimpin upacara. "Siswa/i yang saya panggil harap maju kedepam!" Semua nama anak anak itu disebutkan oleh kepala sekolah ku dan aku termasuk kedalamnya. "Mereka ini adalah juara kelas pada kenaikan kelas Tahun ini. Mari beri tepuk tangan untuk mereka..." Sontak satu sekolah memberikan tepuk tangan. Dari depan jelas aku dapat melihat Cinta yang berdiri sedikit di depan saat itu. Dia sungguh cantik terlihat dari sini. Tepuk tangan darinya menjadi sebuah api baru dalam diri aku untuk tetap semangat. Hampir tiap pagi kami berdua selalu bertemu. Kami selalu datang lebih ...

Alinea 8: Sepucuk Surat Cinta

     Surat dari Cinta memang bukan yang termanis, tetapi ada suatu rasa yang tidak tahu ada dalam hati aku saat membaca surat itu.        Hari terakhir MPLS seperti biasa diawali dengan berdoa, lalu disambut oleh pembukaan dari MC yang berkata bahwa surat yang kemarin dibuat harus diberikan saat itu juga. Mereka semua pun berdiri dan mencari kepada siapa surat itu akan diberikan. begitu pula Cinta, dia berjalan kearah ku. Saat itu sangat banyak sekali orang yang mengerumuni ku hingga aku tidak sadar akan surat yang dia berikan padaku. Semua surat itu aku kumpulkan, dan entah tidak tahu sepucuk surat mana yang diberikan oleh Cinta, aku hanya ingin membacanya di rumah. Hari itu juga mereka di minta untuk mengumpulkan tanda tangan setiap OSIS. Aku ingat perisatiwa itu ketika Cinta menghampiri aku dan minta tanda tangan aku dan aku tidak memberikannya.     "Nama gw masih salah nih !"     "Bener ini"   ...