Alinea 11: PAPA MENEMUI KU DAN MEMELUK KU

       Paah, maafin aku ya. Aku ga bisa jagain papa, gabisa jenguk papa
        Hari mulai sore, semua saudara dan keponkan ku dari papa sudah mulai berkumpul, Satu persatu mereka datang dan mengucapkan bela sungkawa pada ku. Aku sudah berhanti menangis sejak tadi. Entah mengapa, aku hanya sedang ingin sendiri saat ini. Aku memojokkan diri ku diujung sana, tiba tiba aku merasakan seseorang hadir dan duduk di sekitar ku. Seseorang yang auranya sangat teringat diotak ku. Aku meneteskan kembali air mata ku saat aku melihat papa yang nampak muda dengan pakaian jas dan sangat gagah hadir di sebelah ku. Jelas itu bukan lah papa, tetapi itu adalah roh nya. Aku memang terlahir sebagai anak indigo sejak lahir sama seperti papa. Dari kecil, papa selalu mengajari aku untuk tidak takut dengan hal gaib. Meski aku melihatnya, tetaplah kuat dan jangan biarkan mereka lebih kuat dari mu, Itu adalah kata kata yang papa tanamkan sejak aku kecil. Kami berdua sering menonton acara uji nyali di TV berdua dan saling membicarakan hantu apa yang muncul di dalam TV. Jelas ini adalah obrolan kami berdua yang tak semua orang mengerti.
        "Cho, jangan nangis" Suara papa bergema begitu saja masuk dalam telingaku
        "Paah, maafin aku ya. Aku ga bisa jagain papa, gabisa jenguk papa"
        "Kamu jagain mama ya, jadi anak yang baik. Nanti kalo udah besar kamu yang cari duit buat mama"
        "Iya pah. Papa yang tenang ya disana" Air mata ku semakin deras turun. Sontak orang orang yang melihat ku merasa iba karena merasa aku tidak dapat mengikhlaskan papa yang sudah pergi, dan tgerlihat gila karena berbicara sendiri. Ada beberapa orang yang ingin menghampiri aku, tetapi tiba tiba cici ku muncul dan mengalihkan mereka. Cici ku tau, pasti aku sedang berbicara dengan seseorang.
        "Kamu lagi dekat dengan seorang wanita ya? Dia orang yang baik, dia akan merawat mama"
        "CInta?"
        "Papa pergi ya cho" Lalu dia berdiri dan memeluk aku. Aku nangis semakin menjadi, lalu Ia pergi begitu saja disusul dengan kehadiran mama yang menghampiri aku dalam kesendirian. Mama merangkul aku, dia berusaha menenangkan ku walau aku semakin menangis. Dia tak langsung bertanya apa yang terjadi, tetapi dia berusaha membuat ku lebih tenang dahulu.
        "Kamu kenapa?" Suara lembut mama terkesan memaksa aku untuk menjawab.
        "Papa... Dia dateng"
        "Papa bilang apa cho?" mama pun ternyata meneteskan air mata saat menanyakan hal ini.
        "Papa ijin pergi." Kami berdua kembali nangis sambil berpelukan.
        "Yaudah ko, ikhlasin papa. Mama juga ikhlasin. Semuga dosa dosanya di ampuni dan diterima di sisi Tuhan. Kita doain aja" Kata kata ini berakhir dengan kami berdua menangis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alinea 3 : Aku Terpikat Oleh Mu

Alinea 1 : Seharusnya Papa Mengerti Aku !

Alinea 4 : Mataku Terpana dan Hati Terpanah Sejak Awal Pandang